Tujuan Percobaan
- Mengetahui pengaruh waktu pemanasan terhadap reaksi pencoklatan non enzimatis.
- Menentukan pengaruh nilai absorbansi terhadap waktu pemanasan pada reaksi pencoklatan non enzimatis
- Menentukan pengaruh kelarutan dalam larutan yang mengandung gugus amina pada sistem padatan dalam reaksi pencoklatan non enzimatis
- Menentukan pengaruh kelarutan dalam larutan yang mengandung gugus amina pada sistem cairan dalam reaksi pencoklatan non enzimatis
- Menentukan pengaruh asam askorbat dan natrium sulfit terhadap reaksi pencoklatan enzimatis
Dasar Teori
Reaksi pencoklatan pada bahan pangan dapat dibagi menjadi dua reaksi utama yaitu pencoklatan enzimatis dan non-enzimatis. Reaksi pencoklatan enzimatis adalah proses kimia yang terjadi pada bahan pangan terutama sayuran dan buah-buahan yang menghasilkan pigmen warna coklat (melanin). Pencoklatan enzimatis dipicu oleh enzim oksidase dan oksigen (1,2 benzenediol; oxygen oxidoreductase, EC 1.10.3.1) yang dikenal sebagai phenoloxidase, phenolase, monophenol oxidase, diphenol oxidase dan tyrosinase. Reaksi ini dapat terjadi bila jaringan tanaman terpotong, terkupas dan karena kerusakan secara mekanis yang dapat menyebabkan kerusakan integritas jaringan tanaman. Hal ini menyebabkan enzim dapat kontak dengan substrat yang biasanya merupakan asam amino tirosin dan komponen fenolik seperti katekin, asam kafeat, dan asam klorogena sehingga substrat fenolik pada tanaman akan dihidroksilasi menjadi 3,4-dihidroksifenilalanin (dopa) dan dioksidasi menjadi kuinon oleh enzim phenolase. Reaksi ini banyak terjadi pada buah-buahan atau sayuran yang banyak mengandung substrat senyawa fenolik seperti catechin dan turunannya, yaitu: tirosin, asam kafeat, asam klorogenat serta leukoantosianin.
Pencoklatan enzimatis pada bahan pangan memiliki dampak menguntungkan dan juga dampak yang merugikan. Reaksi pencoklatan enzimatis bertanggung jawab pada warna dan flavor yang terbentuk. Dampak yang menguntungkan, misalnya enzim polifenol oksidase bertanggung jawab terhadap karakteristik warna coklat keemasan pada buah-buahan yang telah dikeringkan seperti kismis, buah prem dan buah ara. Dampak merugikannya adalah mengurangi kualitas produk bahan pangan segar sehingga dapat menurunkan nilai ekonomisnya. Sebagai contoh, ketika memotong buah apel atau pisang. Selang beberapa saat, bagian yang dipotong tersebut akan berubah warna menjadi coklat. Perubahan warna ini tidak hanya mengurangi kualitas visual tetapi juga menghasilkan perubahan rasa serta hilangnya nutrisi. Reaksi pencoklatan ini dapat menyebabkan kerugian perubahan dalam penampilan dan sifat organoleptik dari makanan serta nilai pasar dari produk tersebut.
Kecepatan perubahan pencoklatan enzimatis pada bahan pangan dapat dihambat melalui beberapa metode berdasarkan prinsip inaktivasi enzim, penghambatan reaksi substrat dengan enzim, penggunaan chelating agents, oksidator maupun inhibitor enzimatis. Adapun cara konvensional yang biasa dilakukan adalah perlakuan perendaman bahan pangan dalam air, larutan asam sitrat maupun larutan sulfit.
Selain secara enzimatis, terdapat pula reaksi pencoklatan non-enzimatis yang terdiri atas reaksi Maillard dan karamelisasi (pemanasan gula sukrosa menjadi karamel). Reaksi Maillard adalah reaksi antara karbohidrat khususnya gula pereduksi dengan gugus amina primer pada bahan pangan yang menghasilkan produk berwarna cokelat yang dikehendaki pada pengolahan bahan pangan, misalnya: pemanggangan daging atau roti maupun proses penggorengan ubi jalar, singkong dan lain sebagainya. Reaksi Maillard berlangsung melalui tahap berikut:
- Aldosa (gula pereduksi) bereaksi dengan asam amino atau dengan gugus amino dari protein sehingga dihasilkan basa Schiff.
- Perubahan terjadi menurut reaksi amadori sehingga menjadi amino ketosa.
- Hasil reaksi amadori mengalami dehidrasi membentuk furfural dehida dari pentosa atau hidroksil metil furfural dari heksosa.
- Proses dehidrasi selanjutnya menghasilkan produk antara berupa metil-dikarbonil yang diikuti penguraian menghasilkan reduktor dan dikarboksil seperti metilglioksal, asetot dan diasetil.
- Aldehida-aldehida aktif dari produk tahap ke-3 dan 4 terpolimerisasi tanpa mengikutsertakan gugus amino (disebut kondensasi aldol) atau dengan gugusan amino membentuk senyawa berwarna cokelat yang disebut melanoidin.
Reaksi Maillard telah memberikan perubahan besar pada industri makanan, sebab reaksi ini berpengaruh pada aroma, rasa dan warna, diantaranya: industri pemanggangan kopi dan biji kokoa, proses pengembangan roti dan kue dan pembakaran sereal dan pemasakan daging. Lebih jauh lagi, produk dari reaksi Maillard ini dapat menyebabkan penurunan nilai gizi secara signifikan. Penurunan kandungan gizi yang penting ini terjadi akibat pembentukan senyawa toksik dan mutagenik. Polimer akhir yang dihasilkan telah diketahui sifat-sifat fisik dan kimianya, antara lain: berwarna coklat, memiliki berat molekul besar, mengandung cincin furan dan polimer nitrogen (karbonil, karboksil amina, amida, pirol, indol, azometih, ester, anhidrida, eter, metil dan atau grup hidroksil). Reaksi ini dapat terjadi misalnya saat memanaskan makanan seperti produk roti yang biasanya mengandung 10% total lisin yang akan berubah menjadi pyralin. Susu bubuk dapat mengandung 50% lisin dapat membentuk produk amidori yaitu laktulosalysin.
Alat dan Bahan
No. | Alat | Jumlah | Bahan | Jumlah |
1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 |
Tabung reaksi
Spektrofotometer Hotplate Oven Rak Tabung Gelas kimia 250mL Corong Buchner Kertas saring Lumping dan alu Kuvet Pipe tetes Spatula |
4 buah
1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 4 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah |
Aquades
Minyak goreng Larutan glukosa Asam amino Adonan Larutan glisin Buah apel Asam askorbat Natrium sulfit Dipotasium sulfat Urea 1% Larutan lisin |
Secukupnya
Secukupnya 12,5 mL – 40 gram 12,5 mL 120 gram 0,01 gram 0,01 gram 0,12 gram 60 mL – |
Cara Kerja
- Pencoklatan sistem cairan
Sebanyak 2 mL glukoa dimasukkan ke dalam masing-masing enam tabung reaksi yang diberi label 0 menit, 10 menit, 20 menit, 40 menit, 80 menit, dan 100 menit. Kemudian ke dalam masing-masing tabung reaksi ditambahkan dengan 2 mL larutan glisin dan dipanaskan sesuai waktu yang telah terlabel di tabung. Kemudin didiamkan selama 2 menit. Terakhir, diku dengan spektrofotometer Uv-Vis dengan panjang gelombang 450 nm untuk menentukan nilai absorbansinya.
2. Pencoklatan sistem padatan
Buah kertas saring diberi dua buah tanda dengan jarak 2 cm dan diberi label tanda tersebut dengan simbol (x) dan (.). Kemudian tanda tersebut ditetesi dengan larutan glukosa untuk simbol (x) dan glisin untuk simbo (.). Kemudian, lingkaran cairan tersebut dibiarkan hingga tumpang tindih. Terakhir, kertas saring tersebut digoreng dan diamati hasilya.
3. Pencoklatan adonan
Disiapkan terlebih dahulu 10 gram adonan sebanyak 4 buah yang kemudin dipipihkan dengan bentuk bulat. Setelah itu, adonan ditetesi dengan larutan glukosa, glisin, campuran glisin dan glukosa, dan adonan yang tidak diberi larutan pada masing-masing adonan. Kemudian dipanaskan dalam oven selama 10 menit pada suhu 150oC. Terakhir, pada menit ke-6, adonan diamati hasilnya.
4. Pencoklatan enzimatis
Disiapkan terlebih dahulu 2 buah apel merah. Kmduin diimbang sebanyak 30 gram untuk satu pelarut. Jadi diperlukan 4 kali penimbangan dengan bobot 30 gram karena pelarut yang digunakan sebanyak 4 pelarut. Kemudian dilarutkan dengan 60 mL pelarut aquades, 60 mL pelarut urea, 60 mL pelarut asam askorbat, dan 60 mL pelarut asam sulfit pada masig-masing tabung reaksi. Setelah itu dibiarkan selama 3 menit dan kemudian pelarut diganti dengan pelarut K2PO4 sebanyak 60 mL. Setelah itu dibiarkan selama 30 menit dan dihomogenkan. Kemudian digerus dan disaring untuk diambil filtratnya. Kemudian filtrate tersebut diuji dengan spektrofotometer Uv-Vis untuk dicek nilai absorbansinya.
Hasil pengamatan
- Reaksi pencoklatan non enzimatis sistem cairan
Interval waktu Absorbansi Warna Aroma 0 menit 0.012 Larutan tak berwarna – 10 menit 0.014 Larutan tak berwarna Harum caramel (+) 20 menit 0.028 Larutan tak berwarna Harum karamel (++) 40 menit 0.097 Larutan coklat (- – – -) Harum karamel (+++) 80 menit 0.090 Larutan coklat Harum karamel (++++) - Reaksi Pencoklatan non enzimtis sistem padatan
Tetesan Urutan pencokltan Warna Aroma Glukosa Ketiga Coklat (+) Harum (+) Glisin Kedua Coklat (++) Harum (++) Glukosa + glisin Pertama Coklat (+++) Harum (+++) - Reaksi Pencoklatan non enzmatis sistem adonan
Tetesan Urutan pencolatan Warna Aroma Glukosa Ketiga Coklat (+) Harum (+) Glisin Kedua Coklat (++) Harum (++) Glukosa + glisin Pertama Coklat (+++) Harum (+++) Kosong Keempat Kuning – - Reaksi pencoklatan enzimatis
Tabug ke Larutan Absorbansi Warna 1 Aquades 1.067 Coklat (+) 2 Urea 1.218 Coklat (++) 3 Aquades + asam askorbat 0.920 Coklat 4 Aquades + natrium sulfit 0.581 Coklat (-)
Pembahasan
Pencoklatan (browning) merupakan proses pembentukkan pigmen berwarna kuning yang akan segera berubah menjadi coklat gelap. Pencolatan yang diinginkan terdapat pada kopi, sirup, bir, dan roti bakar. Sedangkan pncoklatan yang tidak diinginkan yaitu apel, kentang, dan jus. Reaksi pencoklatan terdiri dari reaksi pencoklatan enzimatis dan non enzimatis
- Reaksi pencolatan non enzimatis
Reaksi pencoklatan non enzimatis tidak melibatkan peran enzim, biasanya terjadi saat pengolahan berlangsung. Raksi pencoklatan ini merupakan perubahan warna karena pengolahan akibat panas. Ada dua macam reaksi yang terjadi yaitu reaksi Maillar dan karamelisasi. Untuk menganalisis beberapa perlakuan terhadap reaksi pencoklatan dilakukan dalam beberapa sistem atau kondisi yaitu sistem cairan, padatan, dan adonan. Dalam praktikum ini, ketiga sistem tersebut dilakukan semuanya. Reaksi Marillard merupakan raksi yang terjadi Antara gugus karbonil yang reaktif dari senyawa gula bereaksi dengan gugus amino nukleofilik, hasilnya berupa campuran kompleks molekul yan bertanggung jawab untuk membentuk bau atau aroma dan rasa. Proses ini dakan dipercepat dalam suasana basa. Reaksi ini terjadi antara gula reduksi dengan senyawa amina. Reaksi ni membutuhkan panas. Raksi ini sangat bermanfaat dalam penyiapn industri makann seerti industri roti, hasil reaksi dari reaksi Maillard adalah produk roti denan aom dan warna kuning keemasan di permukaannya. Contoh warna coklat yang dikehendaki yaitu pemanganan dagin, roti, menggoreng uji jalar, singkong. Sedangkan warna coklat yang tidak dikehendaki dapat menurunkan kualitas produk. Raksi Maillard juga dapat menyebabkan kehilangan ketersediaan asam amino, kehilanan nilai gizi, pembentukkan antinutrisi, pembentukkan komponen toksik dan komponen mutagenic proses yang terjdi pada reaksi Marillar yaitu a) gugus karbonil dari gula berasi dengan ugus amino menghasilkan N-glikosamin dan air. B) gugus glikosasmin yan tidak stabil mengalami pengaturan kembali membentuk ketosamin. c) selanjutnya ketosamin mengalami proses lebih lanjut yaitu memproduksi air, membentuk diasetil, aspirin, piruvaldehid, dan bentuk ikatan hidrolitik rantai pendek lainnya serta membentuk polimer nitrogen berwarna colat (meladoidin).
Karamelisasi merupakan proses pencoklatan non enzimatis yang disebabkan oleh pemanasan gula yang mlampaui titik leburnya,mil pada suhu di atas 170oC dihasilkan gula berwarna coklat. Jika gula dipanaskan sampai suhu yang lebih tinggi, gula tersebut akan berubah menjadi airan bening. Jika dipanaskan terus, lama-kelamaan gula tersebut menjadi warn kuning, kemudian kecoklatan, hingga dengan cepat berubah warna menjadi benar-benar colat. Proses yang disebut dengan karamelisasi. Hasilnya memiliki aroma dan rasa yang khas yang serikg disebut sebagai karamel. Reaksi yang terjdi bila gula mulai hancur atau terpecah-pecah, tidak diketahui pasti, tetapi paling sedikit melalui tahap-tahap sebagai berikut: Mula-mual setiap molekul sukrosa dipecah menjadi sebuah molekul gluko dan fruktosan (fruktosa yang kekurangan satu molekul air). Suhu yang tingi mampu mengeluarkan sebuah molekul air dari setiap molekul gula sehingga terjadilan glukosan. Proses pemecahan dan dehidrasi diikuti dengan polimerisasi dan beberapa jenis asam timbul dalam campuran tersebut.
- Pencoklatan sistem cairan
Larutan gula yang merupakan larutan yak berwarna dimasukkan ke dalam tabung raksi untuk dilakukan proses reaksi. Gula tersebut dimasukkan ke dalam enam tabung reaksi.kemudian pada masing-masing tabung ditetesi 2 mL glisin untuk berlangsungnya reaksi maillar. Kemudian masing-masing tabung dipanaskan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan yaitu tabung 1: 0 menit, tabung 2: 10 menit, tabung 3: 20 menit, tabung 4: 40 menit, tabung 5: 80 menit, dan tabung 6: 100 menit. Pemanasan berlangsung supaya reaksi Mallard berlangsung. Dari perlakuan ini, semakin lama waktu pemanasan, larutan semakin coklat dan aroma yang dihasilkan semakin menunjukkan karamel. Dengan demikian, dalam masing-masing tabung reaksi, terbentuk polimer nitrogen berwarna coklat atau meladonin. Setelah dilakukan pengecekkan denga spektrofotometer uv-Vis bahwa semakin lama waktu pemanasan semakin besar pula nklai absorbansi dalam sistem tersebut. Dengan demikian, semakin lama waktu pemansan, semakin banyak pula molekul meladonn yang terabsorbsi.
- Pencolatan sistem padatan
Kertas saring diberi dua tanda dengan jarak 2 cm, masing-masing tanda untuk glukosa (X) dan glisi (.). kemudian kertas saring tersebut dibiarkan supaya terjadi interaksi Antara dua molekul glukosa dan glisin. Setelah terjadi tumpang tindih antra kedua larutan yang artinya kedua molekul tersebut sudah beraksi, kemudian digoreng. Pada tanda (X) yang merupakan glukosa, terjadi proses karamelisasi, dimana terjadi perubahan glukosa menjadi glukosan sehingga dihasilkan warna coklat. Penggorengan ini juga trjadi ada suhu tinggi, jadi glukosa menjadi reaksi pencoklatan pertama dibandingkan dengan glisin karena merupakan protein yang menandung gugus amina. Aroma yang dihasilkan lebih karamal glukosa dibandingkan denga glisim. Sementar itu, untuk molekul yang berinteraksi terjadi reaksi Maillard sehingga dihasilkan warna colat dan bau karemel setelah dilakukan penggorengan, akan tetapi pencolatannya lebih baik dari glukoa dan glisin.
- Pencoklatan adonan
Dalam percobaan ini dilakukan terlebih dahulu pengadonan dari tepung terigu adonan tersebut merupakan media bagi glukosa dan glisin dan juga campuran kedua senyawa tersebut. Adonan yang telah jari ditetesi dengan glukosa, glisin, campuran glukosa dan glisin, dan adonan yang tidak dilakukan penetesan kedua senyawa tersebut. Kemudian dilakukan pemanasan dalam oven pada suhu 150oC selama 10 menit. Pada adonan yang ditetesi glukosa, terjadi perubahan warna coklat dan aroma karamel. Hail ii dikarenakan glukasa yang ditetesi pada adonan terjadi proses karamelisasi pada suhu tinggi (105oC) sehingga dihasilkan warna colat dan beraroma karamel. Hal yang sama juga terjadi pada adonan yang ditetesi dengan glisin, namun warna yang dihasilkan lebih baik adonan glukosa. Pada adona yang ditetsi dengan campuran glukosa dan glisin terjadi reaksi Maillard pada proses pemanasan sehingga dihasilka warna coklat dan bau karamel yang merupakan terbentuknya molekul-molekul meladonin. Pada adonan yang tidak ditetsi denga larutan apapun tidak terjadi perubahan warna ataupun aroma. Hal ini diakibatkan tidak terjadi reaksi, baik reaksi Maillard maupun karamelisasi pada pemanasan adonan tersebut.
2. Reaksi pencolatan enzimatis
Reaksi pencoklatan enzimatis merupakan gejala terbentuknya warna oklat pada bahan panga secar alami akibat suatu proses. Pencoklatan enzimatis ini terjadi pada buah-buahan atau sayuran yang tersusun atas enzim fenolase. Contohnya adalah apel. Pencoklatan enzimatis dapat terjadi karena adanya jaringan-jarinan tanam yan menalami perlakuan sepert pada bagian-bagian yang digigit atau bagian yang mengalami pengupasan. Pada pencoklatan enzimatis terjadi pada buah yang telah dikupas, disebabkan oleh pengaruh ktivia enzim polifenol oksidase (PPO) yang dengan bantuan oksigen akan mengubah gugus monofenol menjadi o-hidkroksiphenol, yang selanjutnya diubah menjadi o-kuinon. Gugus o-kuinon inilah yang membentuk warna coklat. Pencegahan pencoklatan enzimatis yaitu sebagai berikut.
- Pengurangan osigen atau penggunaan antiosidan mialnya vitamin C ataupun sulfit
Antioksidan dapat mencegah oksidasi komponen-komponen fenolat menjadi kuinon berwarna gelap. Sulfit dapat menghambat enzim fenolase pada konsentrasi 1 ppm secara langsung atau mereduksi hasil oksidasi kuinon menjadi bentuk fenolat sebelumnya. Penggunaan vitamin 9dapat mereduksi kembali kuinon berwarna hasil oksidasi o-kuinon0 menjadi senyawa fenolat (o-difenol) tak berwarna.
- Pemanasan untuk menginaktivasi enzim-enzim
Enzim umumnya bereaksi optimum padasuhu 30-40oC. Pada suhu 45oC enzim mulai terdenaturasi dan pada suhu 60oC mengalami dekomposisi. Enzim yang terdenaturasi akan kehilangan kemampuan katalisnya.
Pada perlakuan ini, buah yan igunakan adalah apel. Apel yang akan diuji dilarutkan pada masing-masing empat pelarut yaitu air, urea, aam askorbat, dan natrium sulfit, apel tersebut dibiarkan selama tiga menit supaya terjadi proses pencoklatan enzimatis dengan masing-masing pelarut yang digunakan. Kemudian dinetalkan dengan kalium posfat dan dibarkan selama 30 menit. Kemudian dihaluskan dengan cara digerus supaya bia dilakukan poses penyaringan dan dilakukan pengecekkan denga spektrofotometer Uv-Vis. Pada apel yang dilarutkan dalam awuades dan urea mengalami perubahan warna coklat yang pekat. Hal ini dikarenakan terbentuk senyawa o-kuinon yang menyebabkan warna coklat. Sementara itu untuk apel yang dilarutkan dalam asam askorbat dan natrium sulfit tidak menimbulkan perubahan warna coklat. Hal ini disebabkan karena asam askorbat mereduksi o-kuinon menjadi fenolat sehingga menjadi tidak berwarna. Sementara ion sulfit dapat menghambat enzim fenolasi secara langsun atau meeduksi kuonon menjadi bentuk sehelumnya sehingga pencoklatan terceah. Pengecekkan dengan spektrofotometer uv-Vis bertujuan untuk megnetahui banyaknya molekul o-kuinon yang terbentuk sehingga terdeteksi oleh spektrofotometr dengan nilai absorbansi. Dari hasil ini, apel yang dilarutkan dalam aquades dan urea memiliki nilai absorbansi yang besar. Dengan demikian, nilai absorbansi yang besar menunjukkan bahwa banyak molekul o-kuinon yang terbentuk.
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa.
- Semakin lama waktu pemanasan, reaksi pencolatan non enzimatis semakin baik pada sistem model cairan.
- Nilai absorbansi semakin besar pada sistem cairan jika pemanasan semakin lama.
- Pada sistem padatan, larutan glukosa mengalami reaksi pencoklatan enzimatis yang baik dibandingkan dengan glisin dan campuran glisin dan glukosa.
- Pada sistem adonan, campuran glukosa dan glisin mengalami pencoklatan pertama, kemudian glisin, dan terakhir glukosa.
- Aam askorbat dan natrium sulfit dapat mencegah reaksi pencoklatan enzimatis.
DAFTAR PUSTAKA
- 1990. “The Principles of Biochemistry” USA: McGrawhill
- James, E.1994. “Kimia universitas edisi ke-5” Jakarta: Erlangga
- 1982. “Dasar-dasar Biokimia jilid 1” Jakarta: Erlangga
- Ngili, Yohanis. 2010. “Biokimia Dasar”. Bandung: Rekayasa Sains
- Poeadji, Anna. 2005. “Dasar-dasar Biokimia” Depok: UI Press